Ketika penulis hendak menulis tentang sejarah Pattimura, penulis mengalami perasaan dilematis karena kontroversi dari Sejarah Pattimura ini sendiri. berkali-kali seminar yang di adakan untuk membahas sejarah Pattimura tetapi belum mendapatkan titik temu yang benar untuk mengukuhkan keabsahan sejarah ini, tentunya diperlukan Penelusuran terhadap sumber-sumber yang dapat di pertanggungjawabkan secara baik untuk menjelaskan asal-usul Pattimura. Karena kita tidak bisa menerima begitu saja ketika asal-usul Pattimura ini di usung hanya demi kepentingan salah satu Golongan agama tertentu. berikut ini adalah 2 versi Sejarah Patimura yang menjadi kontroversi tersebut
Asal Usul Pattimura Yang Selalu Menjadi Bahan Perdebatan (Kontroversi)
Asal-usul Pattimura menurut versi pemerintah yang di tulis oleh M Sapija memaparkan bahwa Kapitan Pattimura Memiliki nama asli Thomas Matulessy, ini lahir di Negeri Haria, Saparua, Maluku tahun 1783. Perlawanannya terhadap penjajahan Belanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng Belanda di Saparua selama tiga bulan setelah sebelumnya melumpuhkan semua tentara Belanda di benteng tersebut. Namun beliau akhirnya tertangkap. Pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung padanya. Eksekusi yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 1817 akhirnya merenggut jiwanya.
Sementara itu menurut sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara, mengatakan bahwa Patimura memiliki nama asli Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Perjuangan Pattimura
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahan dinas militer ini dipaksakan. Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura. Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Pattimura.
Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan.
Akhir Perjuangan Pattimura
Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil
ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke
Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan
pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.
Akhirnya dia diadili di Pengadilan kolonial Belanda dan
hukuman gantung pun dijatuhkan kepadanya. Walaupun begitu, Belanda masih
berharap Pattimura masih mau berobah sikap dengan bersedia bekerjasama dengan
Belanda. Satu hari sebelum eksekusi hukuman gantung dilaksanakan, Pattimura
masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan kesejatian perjuangannya dengan
tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng Victoria, Ambon pada tanggal 16
Mei 1817, eksekusi pun dilakukan.
Memang benar bahwa perlu sebuah kepastian tentang asal usul Pattimura dan untuk hal ini perlu adanya tindakan pelurusan sejarah yang didukung dengan penelitian sumber-sumber yang otentik dan faktual. Penuturan sejarah heroik Kapitan Pattimura adalah penuturan secara lisan yang di sampaikan secara turun temurun bagi anak cucu. gambaran wajah sang Pattimura itu pun hanya hasil imajinasi pelukis sesuai karakteristik dan tipe wajah orang Maluku atau mungkin ada yang bisa memberikan bukti foto dari Thomas Matulessy atau Ahmad Lussy itu sendiri.
Sebagai Anak Pribumi Maluku penulis hanya ingin memaparkan 2 versi asal usul Pattimura ini berdasarkan hasil penelusuran penulis terhadap sejarah Pattimura yang penulis temukan dari beberapa Blog yang beberapa diantaranya bukanlah blog yang bersifat independen melainkan bertendensi pada pencintraan suatu golongan Agama.
Pattimura adalah milik Maluku tidak hanya menjadi milik orang Hualoy (seram) atau Orang Haria (Saparua). Perjuangan Pattimura adalah untuk membebaskan Tanah Maluku Negeri raja-raja dari tangan penjajah dan perjuangan itu tanpa tendensi agama atau golongan.
Sebagai Anak Pribumi Maluku penulis hanya ingin memaparkan 2 versi asal usul Pattimura ini berdasarkan hasil penelusuran penulis terhadap sejarah Pattimura yang penulis temukan dari beberapa Blog yang beberapa diantaranya bukanlah blog yang bersifat independen melainkan Blog bertendensi pada pencintraan suatu golongan Agama yang kemudian tidak bisa diterima sebagai kebenaran yang mutlak tentang sejarah Pattimura
Saksi Bisu Sejarah Pattimura
Benteng Duurstede. Benteng tempat perjuangan Pattimura bersama teman-temannya
Fort Victoria (sekarang telah menjadi Markas KODIM 733 Batalyon Masariku) sebagai saksi Sejarah Kegigihan Pattimura dalam mengusir penjajah dari tanah Maluku. Di depan benteng ini Pattimura di jatuhkan hukuman Gantung kata-kata terakhirnya yang terus di turunkan kepada anak-anak cucu negeri maluku yaitu "Pattimura Tua sudah mati, tapi Pattimura-Pattimura muda akan bangkit".
Lawamena Haulala....!!!
Semakin banyak sumber informasi semakin banyak perdebatan! Sayangnya informasi-informasi tersebut hanya bersifat "oral" dan tidak pernah diadakan studi khusus untuk menggali informasi yang benar. Lebih parah lagi dibawa ke dalam konteks pribadi seseorang, yakni AGAMA!. Kalau saja orang2 ini lebih sedikit smart dan dewasa, maka mereka akan bangga sebagai anak negeri Maluku yang memiliki tokoh seperti PATTIMURA (bukan lagi Thomas Matulesi atau Ahmad Lussy. Pikiran Kerdil dari anak negeri harus dimatikan!
BalasHapussaya rasa justru anda yg berpikiran kerdil, maaf
Hapus"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri"
anda sendiri tidak mau memikirkan kebenaran sejarah anda sendiri, bagaimana anda mau Membesarkan negara anda?
ini sudah ada penelitiaannya, dan saya sudah baca buku-buku mengenai hal ini. Saya jg sudah bahas dgn teliti. kesimpulan saya, semua ini adalah racun-racun dari orentalis yg masuk ke Indonesia pada abad 16 dalam rangka deislamisasi dan membangkitkan kaum barat.
Hapusmempelajarari perjuangan melawan penjajah
BalasHapusharus disadari yang berjuang melawan penjajah itu ulama-ulama islam,, yang datang menjajah bertujuan 3G cari Gold, Glory dan menyebarkan gospel (menyebarkan agama) yaitu khatolik dan protestan.. siapa yang bilang sejarah tidak lekat dengan perjalanan penyebaran agama??
BalasHapusMantap... Pattimura Milik MALUKU dan milik siapapun yang merasa dirinya INDONESIA.
BalasHapusMat Lussy atau Ahmad Lussy cuma karangan oknum 'masa kini' yang tidak bisa dipertanggungjawabkan !!
BalasHapusAnda mau pertanggung jawaban??
HapusSumber: Sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara
sana klaim pertanggung jawaban anda, atau anda cuma omong doang
Kalau kau bukan orang Maluku dan bukan ahli sejarah; aku cuma mau bilang "Tutup Mulutmu !!" ..
Hapusmakanya om minta pertanggung jawaban sama sejarawan Ahmad Mansyur beliaulah yg bertanggung jawab .. beliau bukan orang bodoh yg asal berbicara, biar lebih jelas langsung lah ketemu biar bisa tau jelasnya .. dan tidak peduli kita orang jawa atau maluku atau sumatra yg penting kita satu Indonesia dan kita pantas tau sejarah jangan cuman "katanya katanya katanya"
HapusSejarah yang harus kembali diurai kebenarannya.
BalasHapushistory -> His Stories -> Sejarah milik siapa saja yang "bisa berkuasa", saya setuju dengan Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara, karena, kalangan akademik selalu memiliki riset mendalam sebelum berargumen.
BalasHapusbagi yang menolak, silahkan PASTIKAN sejarah yang sudah ada benar2 VALID, tentunya dengan data VALID juga.
Tak peduli agamanya apa, Pattimura Pahlawan Indonesia, dan semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menerima amal ibadahnya. Ayo kita rawat selalu persatuan dan kesatuan bangsa. Pelajaran berharga untuk kita semua bahwa di masa lalu kita terjajah selama 350 tahun karena kita tidak pandai menghargai persamaaan dan menonjolkan perbedaan. NKRI harga mati!!!
BalasHapusDalam perspektif Historiografi,hal ini menarik untuk di dalami dan di sertai data dan fakta yg valid.karena sejarah bukan hanya bercerita masa lalu,masa sekarang,tapi juga masa yang akan datang..
BalasHapusOrang orang yang meributkan masalah agama adalah orang orang yang...
BalasHapus(silahkan jawab sendiri)
Yang jelas Kapitan Pattimura milik bangsa Indonesia… NKRI harga mati
bukan meributkan masalah keyakinan yg dianut tapi untuk menjelaskan sejarah yg sejelas-jelasnya.. karena nyatanya apa yg terungkap selama hanya sebagian kecil sejarah besar bangsa indonesia dan masih banyak sejarah sejarah yg diperilintir dan untuk menguak butuh waktu lama
Hapusdy bukan thomas mattulessy atau ahmad lussy, dy kapitan Pattimura ntah dy muslim atau kristen, ntah dy dari saparua atau seram,, yang jelas dy berkorban berjuang untuk negeri ini untuk kemerdekaan anak cucu MALUKU, jangan buat cela buat penghianat penjajah masuk lagi, beliau sudah susah payah berjuang tnpa mengenal agama atau suku apa, Indonesia bukan dibangun dari perdebatan tapi Indonesia dibangun dari perjuangan dn pengorbanan rakyat dan para pahlawan,, seperti hal ny berdoa marilah kita prcya pada kepercayaannya masing masing, berbeda beda kepercayaan kita tapi negeri ini tetap 1 INDONESIA
BalasHapusSetuju !!
HapusNama beliau ahmad lussi,, kiai pendiri pesantren..! Kaum orientalis lah yg menyesatkan sejarah indonesia ini...
BalasHapuskenapa gak diusut saja ke arsip belanda, mereka selalu mengarsip setiap perlawanan yg ada. Tapi memang gak dipungkiri yg paling banyak melakukan perlawanan terhadap penjajah memang dari pejuang islam.
BalasHapusnyatanya gk semudah tu, krn dulu belanda sangat pintar memanipulasi fakta ..
HapusThomas Matulessy berasal dari hulaliu
BalasHapusthomas matulessy berasal dari hulaliu haturessy rakanyawa
BalasHapusKenapa kalian beragama kristen protestan dan katolik? Kalau kalian telusuri sejarah maka kalian dapati bahwa agama kalian itu datang di bawa oleh bangsa penjajah (belanda dan portugis) benar? Boleh jadi dahulu neneng moyang kalian animisme/dinamisme, hindu atau budha, atau malah orang islam, kemudian dipaksa pindah agama kalau tidak mereka dibunuh. Kalian yang koar2 islam datang dengan jalan perang seolah buta sama sejarah.
BalasHapusPernyataan anda sudah benar kawan. Namun, yang jadi titik masalah disini adalah sejarah yang benar yang tidak terdistraksi oleh orang2 barat. Dalam pencarian sejarah jelas harus diteliti fakta2nya secara mendalam. Karena itu kita sebagai manusia yang diberi akal pikiran yang luar biasa harus mau berpikir tentang apa yang benar dan apa yang salah.
BalasHapus