Ketika membaca buku "Waspadalah dan Kejakanlah Selamatmu" yang adalah kumpulan pokok-pokok pikiran dari Pdt.Prof.DR.W.A. Roeroe, salah seorang teolog Indonesia yang terkenal sederhana namun selalu memiliki pemikiran yang walaupun bertolak daripada konteks Minahasa tempai beliau berdiam, tetapi pemikiran berbias secara global. Dari pemikiran Prof Willy (sapaan akrab Pdt.Prof.W.A.Roeroe) ini saya mengajak kita untuk melihat beberapa point di bawah ini :
1. Kenapa kita harus waspada?
Pertanyaan ini sesungguhnya telah terjawab ketika kita kembali menyadari, merasakan, dan merenungkan, situasi beberapa dekade terakhir di bumi tempat kita berpijak. realistislah kita bahwa di zaman akhir-akhir ini tidak ada yang akan baik-baik saja. semua kita akan menuai apa yang pernah kita tabur.
Bumi tempat kita tinggal, bumi yang kita sebut sebagai rumah itu ternyata diciptakan Allah dengan kekuatannya untuk memperbarui dirinya sendiri.
Perubahan cuaca dan situasi alam yang sangat ekstreem, seperti badai, banjir, gempa, gunung api meletus, dan lain sebagainya itu yang kemudian kita simpulkan sebagai "Bencana Alam" karena dampak yang dirasakan secara luas oleh setiap manusia. karena hal inilah kita waspada, dan kewaspadaan kita justru karena kesadaran kita atas kesalahan kita terhadap alam (bumi) tempat kita tinggal ini.
2. Bagaimana Caranya Mengerjakan Ke-selamat-an itu?
Kata "selamat" bisa berarti ucapan atas sebuah keberhasilan/kesuksesan, tetapi kata selamat ini juga bisa berarti sebuah kondisi dimana kita terbebas dari ancaman bahaya. pada dasarnya inti dari kedua pengertian
"selamat" ini satu yaitu ungkapan syukur dan terima kasih kepada sang Penolong dan sang Penopang yang membuat kita berhasil sehingga ucapan selamat itu di ungkapkan kepada kita.
Lalu, bagaimana kita mengerjakan selamat (ke-Selamat-an) itu? caranya adalah :
Pertama adalah Bertobat dan dalam pertobatan kita itu hendanya kita kembali menyadari kesalahan yang kita pernah kita lakukan terhadap alam ini dan berbalik pada Allah karena kepada Dia ada Keselamatan. (baca : Mazmur 36:6-10) "Ya Tuhan, KasihMu sampai ke langit, setiaMu sampai ke Awan, Manusia....kau selamatkan! ya Tuhan betapa berharganya kasih setiaMu!
Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayapMu!! mereka mengenyangkan dirinya dalam rumahMu, engkau memberi mereka minum, sebab padaMu ada air hayat.."
Pemazmur kembali menyapa dengan berita kita tentang kasih Allah yang mampu menyelamatkan kita dari bencana. sehingga hikmah dari bencana yang di alami adalah supaya kita kembali dan dekat kepada Allah sumber hidup itu
Kedua adalah belajar, belajarlah dari pada leluhurmu tentang bagaimana menjaga keutuhan ciptaan ini. mereka telah mewariskan kepada kita hikmat hidup yang kita kenal dengan sebutan kearifan lokal untuk membantu kita menjaga keseimbangan lingkungan hidup tempat kita tinggal. bahkan untuk modal untuk hidup kita, leluhur kita telah menananmkan pohon-pohon dalam kebun atau dusun yang mereka warisi untuk kehidupan kita bukan untuk di jual dan di tebang, tetapi justru pohon itu di tanam untuk melindungi kita karena mampu menahan air dan mencegah banjir. leluhur kita pun memberikan aturan sosial seperti Sasi laut dan darat untuk tidak mengambil hasil bumi sebelum waktunya tiba adlah untuk menjaga keutuhan ekosistem yang pada hakekatnya saling berkaitan. belajarlah dari pengalaman bencana yang pernah di hadapi, jagalah bumi ini, jagalah rumah kita jangan sampai rusak. kenyataannya bumi kita telah rusak maka,...
Yang Ketiga adalah, Berbenahlah, sebagaimana kita berbenah dari kerusakan yang kita alami atas bumi kita ini, maka terlebih dahulu kita berbenah dari diri kita sendiri, berbenahlah dari pikiran serakah kita, berbenahlah dan mulailah melihat kehidupan kita dan alam ini adalah sebagai satu rantai kehidupan yang tak boleh terputus hanya oleh ego dan ambisi serta keserakahan kita sebagai manusia.
Begitulah cara kita mengerjakan keselamatan itu, keselamatan bukan hanya untuk kita pribadi tetapi keselamatan untuk bumi ini dan sesama manusia.
3. Sadarlah Bahwa Menjaga Keutuhan Ciptaan Adalah Tugas Kita Bersama
Apa Itu Keutuhan Ciptaan?
Untuk menggambarkan tentang Keutuhan Ciptaan, dapat di gambarkan dengan
sebuah gelang rantai yang dimana masing-masing mata rantai memiliki
nilai dan fungsi yang sama sehingga saling kait-mengkait dan menjadi
satu gelang rantai, jika satu mata rantai rusak dan terlepas maka tidak
ada lagi keutuhan, dan akibatnya tidak bisa lagi disebut dengang gelang
rantai karena terputus. Allah sang khalik (pencipta) menciptakan kita
agar mahkluknya dan saling miliki hubungan ketergangungan dan itulah
Keutuhan sebagai CiptaanNya nampak.
Melestarikan keutuhan ciptaan merupakan bagian dari proyek Kerajaan
Allah, yang telah dimulai oleh Allah sejak dunia diciptakan. Kita
manusia dipanggil untuk ikut serta melestarikan keutuhan ciptaan
tersebut. Proyek itu dapat dimulai dari diri kita masing-masing dengan
melakukan perkara-perkara kecil yang bermakna besar : mencintai bumi dan
langit, menghargai tanah dan air dan segala makhluk yang hidup di
dalamnya.
Tiga Point Penting yang perlu di Interpretasikan dan di Refleksikan (Program, Teologi, Iman)
Bukan hal yang mudah untuk mengembalikkan Lingkungan yang rusak itu
untuk kembali pulih, membutuhkan proses dan waktu yang lama. Untuk itu
perlu tindakan yang cepat dan tepat dalam pelaksanaan program
rehabilitasi lingkungan. Perlu perhatian yang serius dari Pihak Lembaga
keagamaan dan pemerintah secara baik. Tentunya tidak hanya bersifat
teoritis dalam seminar, lokakarya, khotbah/ceramah semata. Tetapi perlu
juga tindakan aktif dan partisipatif dari dua belah pihak. Menurut saya
sangat perlu interpretasi yang baik terhadap tiga point yaitu :
1. Interpretasi Terhadap Program (Interpretasi Program); Artinya setiap
program perencanaan untuk penanggulangan masalah lingkungan tersebut
harus di artikan secara baik agar di pahami sehingga dalam pelaksanaan
program dapat dilakukan secara konsisten. Dengan interpretasi Program
yang baik dan jelas oleh pemerintah maka masyarakat akan semakin paham
terhadap program yang sementari di jalankan khusunya dalam upaya
penanggulangan kerusakan lingkungan
2. Interpretasi Terhadap Teologi (Interpretasi Teologi ); Teologi yang
dirancangkan sehubungan dengan keutuhan ciptaan juga perlu di artikan
secara baik tidak hanya dalam khotbah tetapi teologi di interpretasikan
dalam sikap hidup yang sadar akan lingkungan tempat teologi itu tumbuh
dan berkembang. Praktisnya berteologi untuk keutuhan ciptaan.
3. Interpretasi Terhadap Iman (Intepretasi Iman); Iman yang kita miliki
juga harus perlu interpretasi juga secara baik. Tujuannya adalah agar
kita sadar akan apa yang kita Imani. Kita meng-Imani tentang pentingnya
sebuah kehidupan bersama sebagai keutuhan ciptaan Sang Khalik. Iman
harus di interpretasikan sebagai sesuatu yang terus berproses dan
berlanjut karena “Iman kita seharusnya tidak pernah Amin”. Pendeknya,
ketika kita mengimani bahwa kehidupan kita bersama sebagai ciptaan di
bumi ciptaanNya masing adalah mata rantai yang saling kait-mengait dan
menjadi gelang rantai yang utuh sebagai sebuah Keutuhan Ciptaan, maka
kita bertanggung jawab menjaga keutuhan ciptaan itu.
Tujuan dari interpretasi Program, Teologi, dan iman adalah sebagai langkah awal dari refleksi terhadap tiga poin tersebut .
1. Refleksi Program : setelah kita menginterpretasikan program
pembangunan, maka perlu di refleksikan kembali program tersebut, ketika
kita merefleksikan kembali program-program pembangunan maka diharapkan
dapat melihat efek dari proyek pembangunan yang dilakukan, yaitu dampak
pada kerusakan lingkungan sekitar proyek pembangunan
2. Refleksi Teologi. Setiap proses kehidupan yang kita jalani adalah
aktualisasi dari teologi kita sesederhana apapun. refleksi yang baik
terhadap teologi kita/pemahaman kita tentang pentingnya melestarikan
Keutuhan Ciptaan, terlihat dari sikap hidup kita. Setiap masyarakat
memiliki Kearifan Lokal yang menekankan pada pemeliharaan Lingkungan
hidup, Kearifan Lokal itulah yang merupakan hasil refleksi teologis yang
secara sederhana telah diaktualisasikan dalam kehidupan orang-orang tua
kita yang mewariskannya untuk di lanjutkan. Landasan yang dipakai oleh
mereka tentunya adalah Alkitab (kitab suci)
3. Refleksi Iman. Kita mengimani bahwa Allah adalah yang menciptakan
Bumi dan isinya. Dan kemudian dengan iman itu kita melaksanakan tugas
dan tanggung jawab menjaga keutuhan ciptaan.
dengan demikian maka ketika kita menjaga keutuhan ciptaan maka kita telah sementara mengerjakan Ke-Selamat-an bagi bumi ini. Tetaplah Waspada dan kerjakanlah Selamatmu.
semoga bermanfaat...
Amin
Referensi tulisan
1. "Waspadalah dan Kerjakan Selamatmu" kumpulan pokok pikiran Pdt. Prof.DR.W.A.Roeroe
2.Tulisan penulis tentang "Tanggung Jawab Bersama menjaga Keutuhan Ciptaan pada link : http://ervilhitipeuw.blogspot.com/2011/02/tanggung-jawab-bersama-menjaga-keutuhan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar