Jumat, 18 Mei 2012


PANDANGAN FRIEDRICH NIETZSCHE TERHADAP AGAMA KRISTEN
ERVIL HITIPEUW

 

Umat manusia tidak menggambarkan perkembangan yang lebih baik atau lebih kuat atau lebih tinggi dalam cara seperti yang di yakini sekarang ini. “Kemajuan”  merupakan suatu gagasan, dengan perkataan lain suatu gagasan palsu. Manusia zaman ini kurang nilainya dibandingkan orang-orang yang hidup pada zaman terdahulu. Kehidupam manusia telah mengalami dekadensi. Dalam pengertian lain terdapat kasus-kasus keberhasilan individual yang terus menerus muncul pada dan dalam berbagai bagian bumi. Manusia tidak terlepas dan tak akan pernah lepas dari lingkungan ia berada dimana didalam lingkungan tersebut terdapat pranata-pranata yang harus dijalani. Dimana didalamnya terdapat realitas dimana ada manusia yang ingin menjadi lebih tinggi, lebih kuat, lebih hebat (superman).

 Orang jangan sampai mendandani Kristianitas: agama ini telah telah melancarkan perang mati-matian terhadap jenis manusia yang lebih tinggi. Agama Kristen adalah agama kasihan. Kasihan merupakan antitesis terhadap emosi-emosi pengobat yang memperbesar energi perasaan kehidupan: kasihan memiliki efek depresif. Dalam setiap tindakannya hanyalah memihak pada yang lemah, rendah, penyakitan dan menghasut untuk memandang intelektualitas sebagai dosa, mengandung godaan. Kehidupan adalah insting untuk berkembang, kesinambungan, untuk menggalang kekuataan, untuk berkuasa. Ketika tidak ada kehendak berkuasa maka yang terjadi adalah dekadensi. Kebajikan yang merupakan nilai-nilai yang dimunculkan dari perasaan kasihan yang berasal dari sudut pandang filsafat nihilistik. Perasaan kasihan adalah salah satu instrument utama yang lebih mendorong ke dekadensi, yang akhirnya adalah ketiadaan.  

Janganlah meremehkan diri kita sendiri, kita jiwa-jiwa bebas, si\udah merupakan suatu “penilaian kembali terhadap semua nilai. Kita telah belajar dengan baik. Kita telah menjadi semakin sederhana.

Dalam agama Kristen moralitas dan agama tidak bersentuhan dengan realitas pada titik mana pun. Kecuali penyebab-penyebab (“Tuhan”, “Jiwa”, “ego”, “roh”, “kehendak bebas/tidak bebas”): tak ada satu pun selain akibat (dosa, penebusan, berkat, hukuman, pengampunan dosa). Penelaahan kritis atas konsep Kristen mengenai Tuhan mengundang simpulan yang sama. Suatu bangsa  yang masih mempercayai dirinya sendiri juga masih memiliki Tuhannya sendiri. Dalam diri Tuhan ini bagsa itu menghargai kondisi-kondisi yang telah membuatnya sejahtera, kebajikan-kebajikannya-bangsa itu memproyeksikan kegembiraan atas keadaan dirinya, perasaan berkuasnya kepada suatu kedirian yang bisa diberi terima kasih. Orang berterima kasih untuk keadaan dirinya untuk itu ia memerlukan Tuhan. Tuhan itu teman tapi juga adalah musuh. Orang memerlukan Tuhan yang jahat sama halnya dia membutuhkan Tuhan yang baik. Karena eksistensi orang tidak berasal dari toleransi..apa gunanya Tuhan yang tidak mengenal marah. Dalam agama Kristen konsepsinya tentang Tuhan adalah. Ketika kita berpikir, berharap untuk di sucikan saat oleh itulah kita tidak disucikan.

 

 

ANALISIS

Manusia perlu menjadi kuat agar ia dapat bertanggung jawab atas dirinya dan menjauhkannya dari dekadensi (kemerosotan) nilai-nilai kehidupan. Konsep ini lah yang dikembangkan Nietsche. sebenarnya adalah merupakan konsep berpikir yang sederhana namun jika ditanggapi dan di nilai hanya secara imaniah maka kita akan terjerumus dalam suatu dosa. Oleh karena itu perlu dilihat secara inteletualis dan imani agar seimbang. Tulisannya tentang Anti-Krist adalah sebagai dukungan terhadap teori ayahnya Darwin tentang (The Survival of the fittest) yang seperti hukum, rimba bahwa yang kuatlah yang menang. Karena hidup adalah perjuangan dan perjuangan membutuhkan kekuatan bukanya kebaikan dan atau kebajikan. Tersirat bahwa konsep Nietsche tentang Tuhan mirip dengan Sartre tentang Tuhan yang hanya adalah hasil konseptual manusia dan jika ingin membunuh Tuhan maka berhentilah berpikir dan Tuhan itu dengan sendiriy akan mati. namun hidup adalah berpikir ketika kita berhenti berpikir tentang Tuhan maka dengan demikan kita juga telah berhenti menjalani kehidupan yang senantiasa dipikirkan sebagai pemberian Tuhan itu. realitasnya kita tidak dapat berhenti untuk berpikir tentang Tuhan itu. Nietsche pun berkonsep bahwa Tuhan telah mati. 

Berbicara tentang manusia maka erat kaitannya dengan kepercayaan yang di milikinya (religio). Agama telah menjadi pandangan hidup manusia yang di jalani secara turun-temurun. Diawali dengan pertanyaan mengenai asal-usul keberadaan, maka terbentuklah  konsep tentang yang “menjadikan” (creator) maka timbullah agama itu yang mengatur kepercayaan dan atau keyakinan manusia. Agama Kristen yang menjadikan Kasih sebagai prinsip dianggap Nietsche sebagai penyebab dekadensi karena perlahan-lahan telah melemahkan manusia dan tidak menjadi kuat. 

Walaupun adalah kontras antara pemahaman Nietzsche dan pemikiran Kristiani namun hal yang positif yang dapat diambil tentu saja dengan menggunakan filter iman maka dapat dikatakan bahwa Manusia yang kuat itu harus ada bukan untuk dirinya secara inividu melainkan untuk menguatkan manusia-manusia yang lain. Karena manusia bukanlah tujuan akhir dari penciptaan melainkan sebagai mata rantai dari kesinambungan tujuan penciptaan. Karena penciptaan adalah yang tak pernah berakhir.

  1. Pandangan Kafir Sekaligus Kritikan Bagi Gereja

Pandangan Nistzsche mewakili pandangan segelintir manusia yang dinamakan kafir, disini saya tidak ingin membatasi sebutan kafir hanya pada kalangan atau kelompok orang yang belum mengenal Tuhan (seperti kepercayaan suku) dan saya pun tidak ingin mengklaim bahwa kalangan Kristen seluruhnya adalah mereka yang ber-Tuhan karena realitasnya ada orang yang tercatat beragama Kristen namun tingkah dan perbuatannya seperti tidak ber-Tuhan. Pandangan ini sekaligus menjadi bentuk kritikan yang pedas kepada keberadaan Gereja di tengah-tengah dunia. Di mana gereja diperhadapkan dengan situasi yang serius dan begitu kompleks baik itu seputar dogma maupun mengenai hubungan gereja dengan masyarakat sosial. Kritikan Nietzhce lebih mendarat pada dogma Gereja. Dapat dikatakan bahwa Nietszche ini sendiri adalah orang yang benar-benar telah menguasai Alkitab namun kemudian tidak menemukan kepuasan. Ketidakpuasan inilah yang telah membawanya kepada pemikiran-pemikiran kritis tentang Dogma Agama itu sendiri, terutama tentang keberadaan Tuhan

Filsuf               FRIEDRICH NIETZSCHE

Judul Buku      :Senjakala Berkala dan Anti-Krist

2 komentar:

  1. The Best Iron Plated Plated Plated Stainless Steel Plated
    You titanium dioxide sunscreen can find The titanium exhaust Best Iron Plated Plated Stainless Steel Plated stainless steel ecm titanium plated titanium knife steel in online stores now at TheTitanium-Arts.com. titanium trimmer

    BalasHapus